PADANG, Cuci darah atau hemodialisis adalah terapi untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah menurun akibat kerusakan pada organ tersebut, hal ini dikarenakan ginjal tidak mampu lagi membuang zat sisa yang tidak dibutuhkan oleh tubuh atau limbah, dan kelebihan cairan dalam tubuh, sehingga mengharuskan penderitanya untuk rutin melakukan cuci darah. Selain itu, organ tersebut juga tidak lagi mampu mengontrol tekanan darah, sampai memproduksi hormon untuk pembentukan sel darah merah.
Namun, apa penderita penyakit ginjal dapat mengikuti ibadah puasa yang merupakan menjadi ibadah wajib bagi umat beragama muslim? Menurut Kepala Ruangan Hemodialisa Semen Padang Hospital, Ns. Y Doni Permana, S. Kep, penderita penyakit ginjal terutama yang rutin melakukan cuci darah, secara medis tidak dianjurkan untuk berpuasa, tapi kita sangat banyak temui dilapangan pasien yang rutin cuci darah tetap melaksanakan puasa. Ini kembali lagi kepada keyakinan dan konsep diri individu tersebut, nah kita sebagai tenaga medis tentunya mengingatkan, mengarahkan dan menjelaskan resikonya sehingga dapat meminimalisir akibat dari berpuasa tersebut. Pasien sebaiknya tetap berkonsultasi terlebih dahulu soal kondisi fisiknya ke dokter kata perawat lulusan prodi Ners di STIKes Fort De Kock ini.
Selain itu, puasa juga tidak disarankan bagi pasien yang saat cuci darah sering mengalami komplikasi saat dialisis/cuci darah, seperti tekanan darah yang tidak stabil, tiba-tiba drop dan penurunan kesadaran, gula darah yang tidak stabil, sering kram otot, nyeri dada, nyeri kepala dan keringat dingin.
“Pasien cuci darah yang menahun biasanya sudah paham dengan kondisi tubuhnya, seberapa ketahanan tubuhnya serta apa yang membuat tubuhnya melemah. Beda hal dengan pasien yang baru menjalani dialisis, pasien tersebut tidak begitu paham dengan kondisi tubuhnya saat itu. Karena itu penting untuk konsultasi terlebih dahulu apabila ingin berpuasa,” jelasnya.
Sementara itu, ia menjelaskan, untuk pasien cuci darah yang berpuasa memang dapat izin berpuasa, diharuskan memperhatikan berbagai hal terkait kondisi kesehatannya. Kondisi itu seperti HB pasien yang sebaiknya di atas 9, tekanan darah yang stabil, tidak memiliki masalah dengan komplikasi bawaanya seperti Hipertensi atau Diabetes Mellitus pasien tersebut.
Kemudian, pasien juga tidak boleh melakukan aktivitas berat dan berlebihan bagi tubuh, jika memang harus melakukan aktifitas rutin, jangan dipaksakan jika rasanya tidak mampu lagi. Sebaiknya ada pengurangan frekuensi, durasi aktivitas dari biasanya, dan saat berbuka hindari makanan yang mengandung kalium tinggi, seperti kolak dan es buah, serta hindari minuman yang sangat manis. Selain itu, hal yang harus diperhatikan dan membuat pasien harus membatalkan puasa yakni jika tubuh merasakan keluhan seperti keringat dingin, pandangan mulai berputar atau bergoyang, nyeri kepala, dada berdebar, mual dan kram otot.
“Biasanya kondisi tersebut terjadi karena tubuh pasien berada dalam keadaan hipotensi(tensi di bawah batas normal) atau hipoglikemi (gula di bawah batas normal) atau tubuh kekurangan elektrolit. Jangan menyebabkan resiko yang berbahaya dengan memaksakan tubuh untuk melanjutkan puasa jika gejala di atas dirasakan,” katanya.
Meski tidak begitu dianjurkan untuk melakukan puasa bagi pasien cuci darah, Doni menjelaskan bahwa puasa memiliki dampak positif bagi pasien yang mampu untuk melakukannya. Dengan berpuasa, pasien cuci darah secara tidak langsung dapat mengontrol diet cairan yang masuk dalam tubuh. Bahkan banyak pasien yang mengakui, karena puasa ia bisa mengontrol minumnya sehingga cairan tidak banyak menumpuk di dalam tubuhnya.
“Kita tahu bahwa pasien cuci darah itu harus diet cairan yang ekstrim karena kondisi ginjalnya yang tidak lagi berfungsi secara optimal untuk mengeluarkan sisa cairan dari tubuh. Jadi jika berpuasa, pasien lebih dapat mengontrol asupan cairan ke tubuh agar tidak terjadi penumpukan cairan dalam tubuh pasien yang berlebih,” jelasnya. Namun ia menekankan, sebelum berpuasa pasien cuci darah tetap diminta untuk berkonsultasi dulu dengan dokter.
Doni juga menjelaskan, jika pun bisa berpuasa setelah mendapat izin dari dokter, tapi pasien tidak dapat berpuasa jika saat itu memiliki jadwal cuci darah. Karena menurutnya, saat cuci darah, tubuh membutuhkan kondisi yang fit dan kuat dan stabil, sementara hemodinamik pasien sangat cepat berubah-ubah saat melakukan hemodialisis. Selain itu, akan banyak ditemukan komplikasi lainnya saat dialisis. Dari segi agama pun, lanjutnya, cuci darah sudah termasuk membatalkan puasa, karena saat itu pasien disuntik hormon, vitamin dan dalam tubuhnya juga memasukan larutan NaCl. NaCl merupakan cairan untuk penyeimbang elektrolit, fungsinya untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang dan menjaga tubuh agar terhidrasi dengan baik.
Di sisi lain, ia juga memperingatkan tentang cara menjaga kesehatan ginjal selama Ramadan bagi orang-orang yang belum mengalami penyakit ginjal . Ia berpesan, secara umum tidak ada perbedaan menjaga kesehatan ginjal selama bulan Ramadan ataupun tidak Ramadan dari segi diet makanan, hanya saja pola kebiasaan saat berbuka puasa biasanya membuat orang yang sudah menahan haus seharian bepuasa, ada sebagian orang yang terbiasa berbuka dengan minuman yang dicampur es, padahal ini sangat tidak direkomendasikan.
“Usahakan untuk minum dengan air putih hangat atau air putih biasa (room temp) terlebih dahulu saat berbuka puasa. Kalau langsung dengan minuman dingin yang dicampur es, organ dalam tubuh akan ‘terkejut’ dan berdampak buruk pada kesehatan ,” katanya.
Selain itu, di masa saat sekarang ini, banyak ditemui masakan/minuman instan yang mengandung pengawet, pewarna buatan dan bahan kimia lainnya yang dapat membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaringnya keluar tubuh. Maka ia menyarankan sebaiknya untuk menghindari atau setidaknya mengurangi konsumsi makanan instan dan selalu makan makanan dengan olahan alami.
“Jauhi juga makanan yang memicu Hipertensi dan Diabetes, karena penyakit ginjal 70 persen disebabkan dari komplikasi penyakit tersebut.
Tetap jaga kesehatan dengan membiasakan minum air mineral saat bangun tidur, berolahraga teratur, serta konsultasi kesehatan secara rutin. Ingat!, investasi terbesar di masa depan adalah mempunyai tubuh yang sehat,” tuturnya.